Siang itu beberapa saat setelah menghubungi operator, datanglah taxi dengan nomor lambung 1128 yang menjemput kami. Pengemudi turun dan secara sopan membukakan pintu. Itu sudah biasa, pikir saya.
Dalam perjalanan iseng-iseng saya tanya ke pengemudi, sudah berapa lama bergabung dengan taxi B, yang dijawab baru 4 bulan. Pantas saja layanannya masih prima dan standard, kata saya dalam hati.
Sampai di tempat tujuan saya sodorkan pecahan 20 ribu dan 10 ribu (karena argo menunjukkan angka 27 ribuan), yang memang saya niatkan uang kembaliannya tidak saya minta. Uang diterima dan pengemudi mengatakan terima kasih sambil keluar dan membantu membukakan pintu.
Kali ini saya juga merasakan ada perbedaan, ada yang tidak biasa selama saya menggunakan jasa taxi B. Pengemudi tidak berusaha mencarikan uang kembalian atau basa-basi tanya uang pas (ini yang biasa dilakukan pengemudi taxi). Pikir saya, mungkin karena sudah berpengalaman kerja di taxi lain (seperti yang dikatakan pada saya dalam perjalanan) sehingga tidak memberikan uang kembalian kepada penumpang, sudah dianggap hal yang biasa.
Malam hari saat balik pulang ke rumah saya juga menghubungi operator taxi yang sama. Saya dijemput taxi dengan nomor lambung 1185. Karena saya menunggu di tepi jalan, saat taxi datang menghampiri saya coba konfirmasi apa betul pesanan saya (dengan menyebut nama saya) yang dibenarkan oleh pengemudi. Kemudian saya naik.
Lagi-lagi saya merasakan ada perbedaan layanan dengan saat saya berangkat dari rumah. Pengemudi tidak turun (yang sebetulnya saya juga tidak berharap), apalagi mengucapkan salam dan minta ijin seperti yang dilakukan pengemudi yang sebelumnya.
Waktu saya tanya sudah berapa lama bergabung dengan taxi ini yang dijawab 6 tahun. Selain itu pak sopir ini juga mengaku sebagai Pembina, yang tugasnya antara lain mengawasi alias “memata-matai” sopir-sopir yang nakal, yang tidak pakai argometer dalam melayani penumpang / tamu (mereka biasa menyebut tamu).
Sampai tiba di tujuan saya sodorkan uang lebih (bukan uang pas),dan pengemudi ini masih berusaha mencarikan uang kembalian sambil tanya apa ada uang pecahan, yang saya jawab, ambil aja kembaliannya.
Di rumah saya ngomong ke anak saya (yang memang sejak awal ikut pergi dengan saya) tentang bedanya orang yang baru bekerja 4 bulan dengan yang 6 tahun. Kalau masih baru (4 bulan) pelayanan standard perusahaan dilaksanakan, tapi kalau sudah 6 tahun dilupakan.
“Ya capek yah kalau 6 tahun ngomong seperti itu terus”, celetuk anak saya.
Dalam hati saya berkata, sayang ya sebagai Pembina, dia tidak memberi contoh bagaimana melayani tamu yang sesuai standard perusahaan. Tapi hanya bertugas sebagai pemburu dan mata-mata untuk sopir yang lain. Atau memang benar juga ya yang dikatakan anak saya. Capek Dech ..!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar