Selasa, 14 Juli 2009

Di pulau Bali (2)

Bali, 10 Juli 2009
Iring-iringan prosesiNgaben yang melintas di jalan raya























































Antrian kendaraan yang mengekor cukup panjang akibat jalan di tutup sementara dari dua arah karena ada prosesi Ngaben

Di pulau Bali (1)

Bali, 9 Juli 2009
Suasana menjelang sore di pantai Kuta















































Hiruk pikuk kendaraan di sekitar pantai Kuta











Daftar nama-nama korban bom Bali 2002






















Awas, celananya melorot.












Menanti terbitnya matahari di pantai Sanur (10 Juli 2009)

Pandangan Mata Dalam Perjalanan

8 Juli 2009
Toilet di kereta Eksekutif Mutiara Timur. Meski kondisinya seperti itu, airnya tidak mampet












Suasana dalam kereta eksekutif yang cukup nyaman dan longgar, "kontras" dengan kondisi toiletnya

























Rangkaian kereta Mutiara Timur sedang menikung













"Secuil" awan hitam di atas selat Bali












10 Juli 2009

Ini adalah "Rujak Soto" makanan khas Banyuwangi












Para penikmat "Rujak Soto"











Menuju Pulau Dewata 2

Bali, 9 Juli 2009
Pagi hari di penginapan Pondok Wisata kota Negara, Bali Sebelum melanjutkan perjalanan, berdiskusi dulu dengan Putu, teman dari Bali yang menjemput dan sekaligus sebagai pemandu selama di pulau Bali.













Berhenti sejenak di tepi laut dalam perjalanan menuju Denpasar

Kamis, 09 Juli 2009

Menuju Pulau Dewata #1


Kemarin pagi (8 Juli 2009), di saat banyak orang mempersiapkan diri untuk berangkat menuju ke bilik TPS, saya justru bersiap diri untuk menuju stasiun kereta api Surabaya Kota. Tujuannya  tentu akan naik kereta api, bukan mau mencontreng. Waktu yang mepet dengan jadwal keberangkatan kereta api Mutiara Timur yang akan saya tumpangi terpaksa membuat saya jadi golput.

Kalau waktu Pileg (pemilihan caleg) TPS dibuka jam 7 pagi, untuk pilpres kali ini baru dimulai jam 8 pagi. Dengan hati berat akhirnya saya harus segera menuju stasiun. Padahal rencana semula, kalau acara pencontrengan itu dimulai jam 7 pagi, saya beserta rombongan kecil akan daftar dan minta waktu untuk urutan yang pertama. Namun ternyata aturannya berbeda. Dengan terpaksa saya (beserta rombongan kecil) tidak menggunakan hak pilih.

Jam 8 sudah menuju stasiun
Kereta berangkat pukul 09.15 dari stasiun Gubeng Surabaya. Namun rombongan kecil saya memilih berangkat dari stasiun Surabaya Kota. Pertimbangannya jelas, agar tidak terburu-buru saaat naik dan lebih leluasa dalam mencari nomor tempat duduk dan menempatkan tas dan barang bawaan.karena rangkaian kereta Mutiara Timur awal berangkatnya dari stasiun Surabaya Kota. Padahal kalau dari rumah jaraknya justru lebih jauh daripada ke stasiun Gubeng. Karena itu jam 8 pagi kami sudah berangkat menuju stasiun Surabaya Kota.

Ada 2 tiket dengan nomor tempat duduk yang sama
Rombongan kecil saya memperoleh tempat duduk nomor 2A, 2B, 3A, 3B, 3C pada kereta Eksekutif no 1. Ternyata setelah sampai di stasiun Gubeng penumpangnya cukup banyak. Dalam gerbong yang saya tumpangi sudah 95% terisi. Bahkan ada penumpang yang tempat nomor tempat duduknya sama dengan penumpang lainnya. Padahal mereka sama-sama beli tiket di stasiun Gubeng untuk jadwal keberangkatan yang sama. Kok bisa ya hal itu terjadi, padahal penjualan tiket dilakukan secara komputerisasi yang terintegrasi dengan stasiun lainnya di Surabaya.

Penumpangnya Penuh, Yang Dewasa Tidak Nyontreng
Dari pengamatan saya sepintas, hampir semua rangkaian kereta Mutiara Timur ini baik yang kelas Bisnis maupun Eksekutif semuanya terisi penuh. Sebagian besar adalah penumpang dewasa, baik yang akan turun di Jember maupun Banyuwangi. Berarti para penumpang dewasa ini juga tidak menggunakan hak pilihnya dalam Pilpres kali ini. Surabaya, 8 juli 2009