Sebagian besar informasi yang diserap manusia diterima melalui penglihatan. Oleh karena itu kesehatan penglihatan harus dijaga agar informasi dan pegetahuan bisa tetap diterima dengan baik.
Kebutaan merupakan resiko terbesar pada mata. Penyakit yang berdampak pada kebutaan ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti
degeneratif, pola makan yang tidak sehat, lingkungan hidup, pola hidup, ras, dan faktor genetik. Selain faktor tersebut penyakit mata juga dapat menjadi faktor ikutan karena penyakit lain yang diderita.
Dr. Johan A. Hutauruk, SpM, Dokter Oftamologi umum, katarak, LASIK dan Kornea JEC mengatakan bahwa angka kebutaan di Indonesia merupakan yang tertinggi diantara negara Asia Tenggara, yaitu sekitar 1,5% dan penyebab utamanya adalah katarak.
Mata identik dengan kamera. Seperti fungsi kamera foto, lensa kamera (kornea dan lensa mata) akan memfokuskan bayangan dari obyek ke film (retina mata). Obyek yang terlihat akan menjadi kabur apabila lensa keruh.
Kekeruhan lensa mata ini disebut Katarak. Kekeruhan merupakan proses penuaan yang wajar dan akan terjasi pada setiap orang. Kecepatan timbulnya katarak akan berbeda pada tiap orang, tergantung pada kondisi kesehatan dan lingkungannya, misalnya tukang las dan petani yang mendapatkan paparan sinar yang lebih besar mempunyai potensi yang lebih besr pula untuk cepat terserang katarak.
“Lambat laun seorang lansia akan terserang katarak, tetapi kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit ini mengakibatkan penderita tidak menyadari bahwa kebutaan akibat katarak bisa disembuhkan. Apalagi mata menyumbangkan presentasi tinggi dalam jalur informasi manusia, yaitu sekitar 83%, jadi apabila mengalami kebutaan bisa dibayangkan pengaruhnya.” Johan menambahkan.
Prof. dr. istiantoro, SpM, Direktur Jakarta Eye Center, menyebutkan bahwa katarak bukanlah penyakit, oleh karena itu, katarak tidak bisa disembuhkan. Penderita katarak akan bisa melihat dengan jelas apabila lensa mata yang keruh dibersihkan dan diganti dengan lensa buatan (Intra Occular Lens).
Perkembangan teknologi yang melaju cepat meliputi semua aspek kehidupan, salah satunya adalah kesehatan mata. Fasilitas dan pelayanan kesehatan yang baik dan berkualitas sangat mendukung terciptanya kepercayaan dan rasa aman di masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dalam negerri. Akibatnya, semakin sedikit masyarakat yang memilih pengobatan di luar negeri untuk mendapatkan pengobatan yang berkualitas karena pelayanan kesehatan dalam negeri sudah bisa diandalkan.
Teknologi bedah katarakpun kian maju. Dahulu bedah katarak biasa dengan menggunakan teknik Extracapsular Catarak Extraction (ECCE). Ini dalah teknik lama dalam operasi katarak. Teknik ECCE dilakukan dengan mengeluarkan lensa mata secara utuh.
Dalam teknik ECCE ini, dokter membuat sayatan pada permukasan mata (dekat kornea) sebesar ukuran lensa yang akan diambil. Sebagai informasi, ukuran lensaa mempunya tebal sekitar 4mm hingga 9 mm dengan diameter sebesar 7 mm. setelah lensa dikeluarkan, lensa buatan dipasang untuk menggantikan lensa asli, tepat diposisi semula. Namun, teknik ini jarang dilakukan lantaran prosess penyembuhan luka butuh waktu lama. Selain tiu, tindakan operasi dengan ECCE hanya dapat dilakukan bila katarak sudah benar-benar matang, yakni katarak berada pada grade matur dan hipermatur.
Teknik phacoemulsifikasi merupakan kemajuan dari ECCE. Bedanya dengan ECCE, teknik phacoemulsifikasi tak membuat luka sayatan selebar ukuran lensa. Dokter hanya butuh sayatan selebar kurang lebih 2 mm untuk mengeluarkan lensa.
Prosesnya dengan cara memasukkan alat yang sangat kecil, seperti jarum, untuk menghancurkan sekaligus menyedot lensa yang keruh. Selanjutnya, pada saat bersamaan lensa yang telah hancur itu disedot keluar dengan bantuan suatu cairan.
Teknik phacoemulsifikasi memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan ECCE. Jelas, luka sayatan lebih kecil sehingga tak butuh waktu lama untuk recovery atau pemulihan. “ jika luka teknik ECCE harus dijahit sehingga butuh waktu untuk penyembuhan luka dan pemulihan penglihatan sekitar satu minggu, teknik yang lebih baru ini hanya butuh waktu satu hari, “tamabah Istiantoro. Selain itu, operasi memakai teknik phacoemulsifikasi bisa dilakukan setiap saat. “ tindakan operasi tak harus menunggu hingga katarak matang”’ jelas Johan. Operasi bisa dilakukan bila penderita merasa terganggu dalam aktifitas seehari-hari.
Saat ini ada perkembangan baru dari operasi katarak dengan teknik phacoemulsifikasi, yaitu cold phacoemulsifikasi. Teknik terbaru ini adalah teknologi yang sangat membantu para dokter untuk melakukan tindakan secara tepat dan cermat sehingga membuat waktu operasi lebih cepat dengan tinngkat komplikasi yang minimal.
Clold phacoemulsifikasi juga merupakan evolusi dari teknologi phaceomulsifikasi, dimana jarum gelombang ultrasonik tidak dapat menimbulkan panas yang dapat menyebabkan iritasi pada mata pasien dan sayatanpun sangat kecil sehingga pemulihan menjadi lebih cepat.
Teknologi termodern dari cold phaceomulsifikasi adalah Stellaris. Kelebihannya adalah proses pemotongan yang lebih nyaman untuk pasien, sayatan yang hanya menbutuhkan ukuran 1,8 mm sehingga memperkecil resiko kornea yang melengkung dengan abnormal dan menyebabkan astigmatisme (efek samping yang biasa terjadi pada operasi katarak), dan menjaga aliran air dan tekanan padam mata tetap stabil, serta waktu pemulihan yang lebih cepat. (*/Kompas, 19 Februari 2009)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar